loading

Author :
Uploaded : Invalid date

Sebagai penggemar bola, saya selalu menyempatkan diri menonton tim kesayangan berlaga. Walaupun pertandingan ditayangkan larut malam, bahkan menjelang subuh, saya tetap setia menanti di depan layar TV. Tapi itu dulu, kalau sekarang, sudah tak kuat lagi begadang. Pukul 23.00 WITA, sorot mata mulai redup, minta dipejamkan. 

Saya menyukai sepak bola sejak kecil, mungkin sama saja dengan kebanyakan anak laki-laki lainnya. Di usia SD, hampir saban sore, saya bermain bola di tanah lapang dekat rumah. Tak peduli panas, ataupun hujan, kalau sudah urusan sepak-menyepak bola, saya kadang lupa waktu. Adzan magrib jadi tanda waktu bertanding usai. Tak jarang, selepas magrib ditemani Ibu ke tukang pijat, betis bengkak gegara beradu kaki dengan teman bermain. Hobi saya tetap sama hingga kini. Saya bersyukur masih dapat bermain sepak bola. Berkat ajakan karib lama, Bang Amat, saya bergabung bermain bersama kawan-kawan di Berkah FC, di bawah kepemimpinan Kapten Tim, Bapak Rudi.
Sepak bola memang memiliki penggemar fanatik. Konon, meski banyak medali emas diraih di ajang sekelas SEA Games, Asian Games, hingga Olimpiade, tanpa emas di cabang sepak bola, gelar juara dianggap kurang greget. Mahkota juara umum masih kurang tanpa meraih medali emas di cabang olahraga. Bagi saya, sepak bola bukan olah raga biasa. Olah raga populer dengan deretan bintang seperti Cristiano Ronaldo, Sadio Mane, dan Mesut Ozil ini, selain menghibur, juga memberikan banyak pelajaran. Sportifitas, kerja sama, kepercayaan diri, dan ketekunan adalah beberapa nilai yang dapat dipetik dari olah raga “sepakan bola”, ujar Daffa, anak saya yang belum genap berusia 3 tahun. Lantas, apa kaitannya dengan dunia pendidikan? Mengapa saya menganjurkan kepala sekolah menonton atau kalau memungkinkan turut bermain sepak bola? Olahraga yang SSB-nya kini semakin menjamur di Kota Banjarmasin, Adakah olah raga ini menyimpan nilai-nilai penting yang dapat diterapkan dalam Pendidikan?

Mengapa kepala sekolah sebaiknya menonton/ bermain sepak bola? 
Memang tidak ada kewajiban bagi seorang kepala sekolah untuk bisa bermain sepak bola, apalagi semahir Pratama Arhan, Rizki Ridho, dan Marselino, andalan Timnas besutan STY. Namun, jika kita analisa lebih dalam, permainan sepak bola mempunyai filosofi yang selaras dengan dunia kerja, terutama dalam hal kepemimpinan dan keberanian membuat keputusan. Posisi-posisi pemain sepak bola dalam sebuah tim—kiper, pemain bertahan, gelandang, dan striker— memiliki peran dan tanggung jawab seperti yang diemban seorang kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya.  Oleh sebab itulah, saya memiliki argumentasi mengapa kepala sekolah sebaiknya bisa bermain sepak bola, setidaknya mengetahui tentang olah raga ini. Menurut saya, kepemimpinan yang efektif dalam sepak bola dan di sekolah sama-sama menuntut keberanian, ketepatan, dan kecepatan dalam pengambilan keputusan.

Kepala Sekolah sebagai Kiper: Penjaga Stabilitas & Menciptakan Rasa Aman
Kiper adalah benteng pertahanan terakhir. Kiper diharapkan mampu “menangkal” setiap tendangan pemain lawan agar gawang tidak kebobolan. Kiper dituntut dapat mengantisipasi setiap tendangan pemain tim lawan. Lengah sedikit, tim akan kalah. Demikian pula, seorang kepala sekolah, dia memiliki tanggung jawab untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan proses Pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. 

Salah satu kiper andalan Berkah FC adalah Pak Rusdi. Dengan postur tinggi dan atletis, penampilannya sangat cocok sebagai penjaga gawang. Gerakannya begitu lincah, responsnya cepat, dan tangkapannya selalu mantap, seolah bola melekat di tangannya. Saya melihat betapa sigap beliau dalam mengambil keputusan—menentukan kapan harus menangkap bola, menepis, atau menendangnya jauh dari area gawang. Hebatnya, Pak Rusdi tidak ragu berjibaku dengan striker lawan demi mencegah terjadinya gol. Kehadirannya di bawah mistar gawang membuat rekan-rekan setim merasa aman dan tenang, sehingga mereka bisa lebih fokus dalam menyerang pertahanan lawan.
Demikian pula di sekolah. Seorang kepala sekolah harus sigap dalam mengambil keputusan saat menghadapi berbagai masalah, seperti konflik internal atau perubahan kebijakan mendadak, agar kegiatan sekolah tetap berlangsung dengan lancar. Selain itu, kepala sekolah perlu menanamkan kepercayaan kepada guru dan staf bahwa ia mampu mengatasi setiap persoalan yang muncul, sehingga seluruh tim dapat bekerja dengan rasa aman dan percaya diri.

Kepala Sekolah sebagai Pemain Bertahan: Menjaga Konsistensi dan Kedisiplinan

Posisi bek memiliki peran krusial dalam sebuah tim. Pemain bertahan bertugas menjaga area pertahanan dan memastikan lawan tidak dapat menembusnya. Bek harus tangguh dalam menghadapi striker lawan, yang umumnya memiliki stamina tinggi dan kecepatan luar biasa. Selain itu, bek dituntut cepat dalam mengambil keputusan—apakah mengoper bola ke kiper, sesama bek, atau langsung mengirim umpan ke gelandang atau striker di depan. Konsistensi dan disiplin dalam menjaga area pertahanan sangat diperlukan; mereka tidak boleh terbawa arus menyerang terlalu jauh ke wilayah lawan. Jika pun ikut membantu serangan, bek harus segera kembali ke posisi untuk mengantisipasi serangan balik.

Di tim Berkah FC, sosok Bang Mathuri menempati posisi bek. Posturnya kokoh dan permainannya penuh ketangguhan. Meskipun bertanggung jawab menjaga lini belakang, Bang Matloy, panggilan akrab beliau, terkadang turut membantu serangan dengan menusuk dari sektor sayap. Dengan fisik yang prima, ia tetap disiplin dan sigap kembali ke posisinya untuk menghadang serangan balik lawan.
Di lingkungan sekolah, kepala sekolah berperan layaknya seorang bek yang menjaga konsistensi visi dan misi sekolah serta menegakkan peraturan dengan tegas. Ketika muncul masalah kedisiplinan atau kendala manajemen, kepala sekolah harus sigap mengambil keputusan agar situasi tetap kondusif. Keberanian seorang kepala sekolah tercermin dari kemampuannya bertindak cepat dan tepat tanpa mengabaikan prinsip keadilan serta konsistensi, demi memastikan sekolah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Kepala Sekolah sebagai Gelandang: Pengatur Strategi dan Penghubung

Gelandang memiliki peran vital sebagai penghubung antara lini pertahanan dan penyerangan sekaligus mengatur ritme permainan di lapangan. Peran ini mirip dengan kepala sekolah yang menjadi penghubung antara berbagai komponen sekolah—guru, siswa, orang tua, dan masyarakat—agar seluruh aspek pendidikan dapat berjalan selaras dan harmonis.

Di Tim Berkah FC, posisi gelandang diisi oleh Pak Taufik. Dengan kecepatan lari dan ketangguhan fisik, ia mampu bergerak dinamis di lapangan. Umpan-umpannya selalu tepat sasaran, menunjukkan akurasi yang luar biasa. Selain menjadi kreator serangan, Pak Taufik kerap mencetak gol berkat kejelian dalam memanfaatkan peluang. Keterampilannya dalam menggiring bola juga menjadi salah satu keunggulannya, menjadikannya pemain serba bisa yang tak hanya menghubungkan lini, tapi juga menghadirkan ancaman bagi lawan.
Kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan strategis dan fleksibel, layaknya seorang gelandang yang harus cermat menentukan kapan harus maju menyerang atau bertahan. Keputusan-keputusan ini penting agar sekolah tetap dinamis dan mampu beradaptasi dengan setiap perubahan, memastikan seluruh komponen berjalan selaras menuju tujuan pendidikan yang diharapkan.

Kepala Sekolah sebagai striker: Fokus pada Pencapaian Target

Striker harus memiliki insting tajam untuk mencetak gol dan dituntut membuat keputusan dengan cepat. Mengapa? Karena di lapangan, seorang penyerang sering dihadapkan pada situasi kompleks—apakah harus menggiring bola untuk mengalihkan perhatian lawan, melepaskan tembakan langsung, atau justru mengoper kepada rekan tim yang berada dalam posisi lebih baik untuk mencetak gol.


Di Tim Berkah FC, terdapat banyak striker andal. Salah satunya Bang Kun Ivay. Tidak hanya cepat dalam berlari dan terampil mengolah bola, Beliau juga memiliki tendangan yang sangat keras. Begitu berhasil lolos dari penjagaan bek lawan, kedua penyerang andalan ini hampir pasti akan mencetak gol, menjadi ujung tombak utama dalam setiap serangan Berkah FC.
Seperti halnya striker yang bertugas mencetak gol ke gawang lawan, kepala sekolah harus fokus pada pencapaian target sekolah, seperti peningkatan akreditasi atau prestasi siswa. Sebagaimana seorang striker berani mengambil risiko dan memanfaatkan peluang sekecil apa pun untuk mencetak gol, kepala sekolah juga harus berani mengambil keputusan strategis. Langkah penting seperti menerapkan inovasi dalam pembelajaran atau menjalin kerja sama dengan pihak eksternal sering kali dibutuhkan, meskipun berpotensi menghadapi berbagai tantangan dan resistensi. Keberanian dan ketepatan ini menjadi kunci untuk membawa sekolah meraih kesuksesan.

Kepala Sekolah sebagai Kapten Tim: Pemimpin yang Membangun Sinergi

Peran kapten dalam sebuah tim sepak bola sangatlah penting dan bisa menjadi penentu keberhasilan tim. Shin Tae-yong (STY), pelatih Timnas Indonesia, beberapa kali mencoba variasi kapten untuk menemukan kepemimpinan terbaik. Dalam laga melawan Bahrain, Jay Idzes dipercaya menjadi kapten, sementara saat menghadapi China, ban kapten diserahkan kepada Asnawi Mangkualam. Pergantian ini menunjukkan betapa krusialnya peran kapten sebagai pemimpin dan penggerak tim di lapangan.
Seperti kapten tim sepak bola, kepala sekolah juga berperan sebagai pemimpin dan motivator. Ia harus memastikan seluruh komponen sekolah—guru, staf, dan siswa—bekerja sama dengan harmonis. Selain itu, kepala sekolah harus mampu menginspirasi dan mengarahkan semua pihak agar bergerak bersama menuju pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Di Tim Berkah FC, Pak Rudi adalah sosok kapten yang sangat berpengaruh, baik di dalam maupun di luar lapangan. Saat bertanding, ia selalu mengarahkan rekan-rekan agar bermain maksimal, tetap bersemangat, dan terus meningkatkan kemampuan. Tidak hanya itu, di luar lapangan pun ia tak pernah lelah memotivasi. Dengan gaya komunikasi yang santai namun penuh makna, Pak Rudi menyampaikan pesan-pesan kuat agar setiap anggota tim bermain lebih baik daripada sebelumnya. Nasihat dan arahannya tidak hanya diberikan langsung di lapangan, tetapi juga disampaikan saat santai di warung kopi atau melalui obrolan di grup WhatsApp Tim Berkah FC.
Dalam memimpin, keberanian seorang kepala sekolah tidak hanya tampak dari keputusannya, tetapi juga dari kemampuannya membangun kolaborasi dan komunikasi yang efektif. Ketika terjadi kesalahpahaman atau tim merasa dirugikan di lapangan, seorang kapten harus jeli membaca situasi dan berani mengambil tindakan, termasuk memprotes keputusan wasit jika diperlukan. Hal serupa berlaku bagi kepala sekolah. Saat kepentingan sekolah—baik guru, staf, maupun siswa—terganggu oleh suatu masalah, kepala sekolah harus cepat tanggap dan segera memberikan solusi, memastikan operasional dan lingkungan belajar tetap kondusif.
Kesamaan antara pemain sepak bola dan kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan dapat digambarkan dalam bentuk ilustrasi sederhana.

Berikut adalah argumentasi saya: 

1. Gaya kepemimpinan

Sepak Bola: Dalam sepak bola, pelatih dengan gaya kepemimpinan demokratis melibatkan pemain dalam merancang strategi permainan, sementara pelatih dengan gaya otoritatif cenderung mengambil semua keputusan secara mandiri.

Kepala Sekolah: Seorang kepala sekolah perlu menerapkan gaya kepemimpinan situasional, di mana dalam kondisi tertentu ia memberi ruang bagi guru dan siswa untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (demokratis). Namun, ada kalanya ia harus mengambil keputusan dengan cepat dan tegas (otoritatif). Sama seperti pelatih, kepala sekolah harus mampu membaca situasi dengan baik, mengetahui kapan perlu mendengarkan timnya dan kapan harus memegang kendali penuh.

2. Keterampilan Manajerial & Teknis

Sepak Bola: Pelatih tidak hanya menguasai taktik permainan, tetapi juga dituntut untuk mampu mengelola tim, merancang program latihan, serta menjaga semangat dan motivasi para pemain tetap tinggi.

Kepala Sekolah: Kepala sekolah yang efektif harus menguasai aspek administrasi, manajemen waktu, dan strategi pengajaran. Seperti halnya pelatih sepak bola, kepala sekolah yang memahami seluk-beluk teknis pendidikan akan lebih mampu memimpin tim guru dan staf secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Partisipasi & Pemberdayaan

Sepak Bola: Tim yang kuat terbentuk dengan memberi kesempatan kepada setiap anggota untuk berkontribusi. Seorang pemain bintang tidak akan mampu memenangkan pertandingan sendirian tanpa adanya kerja sama dan dukungan dari seluruh tim.

Kepala Sekolah: Seperti halnya dalam sepak bola, kepala sekolah perlu memberdayakan guru, staf, dan siswa agar merasa dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan di sekolah. Pendekatan ini akan meningkatkan komitmen serta keterlibatan semua pihak dalam upaya mencapai tujuan bersama.

4. Budaya Organisasi dan Nilai Tim

Sepak Bola: Setiap klub atau tim memiliki budaya dan nilai-nilai khas, seperti kerja keras, sportivitas, atau gaya bermain indah. Budaya ini membentuk identitas tim dan secara langsung memengaruhi cara mereka bertanding di lapangan.

Kepala Sekolah: Sekolah juga memerlukan budaya positif, seperti disiplin, inovasi, dan kerja sama. Kepala sekolah harus mampu membangun budaya sekolah yang kondusif, sebagaimana pelatih membentuk karakter timnya untuk mencapai kinerja terbaik.

5. Dinamika Kelompok dalam Pengambilan Keputusan

Sepak Bola: Tim yang efektif mampu mengelola dinamika antar pemain—mulai dari perbedaan karakter hingga potensi konflik di lapangan—dengan bijak, sehingga dapat mencapai kesepahaman dan meraih kemenangan bersama.

Kepala Sekolah: Di lingkungan sekolah, kepala sekolah harus mampu mengelola dinamika tim guru dan staf, menyelesaikan perbedaan pendapat secara bijak, dan membangun kerja sama yang harmonis. Seperti dalam sepak bola, keberhasilan kepala sekolah tidak hanya ditentukan oleh kepemimpinannya, tetapi juga oleh kekompakan dan sinergi seluruh tim.

6. Pengambilan Keputusan sebagai Inti Kepemimpinan

Sepak Bola: Dalam pertandingan, keputusan cepat, seperti pergantian pemain atau perubahan strategi di tengah permainan, sangat berpengaruh dalam menentukan hasil akhir.

Kepala Sekolah: Seperti halnya pelatih di lapangan, kepala sekolah harus membuat keputusan yang selaras dengan nilai dan visi sekolah, memastikan arah kebijakan tetap sejalan dengan tujuan pendidikan. Keputusan yang tepat akan tercermin dari berbagai aspek kinerja sekolah, seperti prestasi siswa, kepuasan guru, dan kualitas lingkungan belajar.
 

Berdasarkan uraian singkat yang telah saya sampaikan, saya menyimpulkan bahwa meskipun kepala sekolah tidak diharuskan menguasai permainan sepak bola, menurut pandangan saya, ada baiknya mereka memahami olahraga ini. Sepak bola menawarkan banyak pelajaran berharga melalui filosofinya, seperti pentingnya keberanian dalam mengambil keputusan, kerja sama tim yang solid, fokus pada pencapaian tujuan, serta kemampuan beradaptasi dengan berbagai keadaan dan tantangan.
Seperti halnya tim sepak bola yang memerlukan setiap pemain untuk berperan optimal sesuai posisi masing-masing, sekolah juga membutuhkan kepala sekolah yang mampu menjalankan peran strategis—sebagai penjaga stabilitas, penghubung, sekaligus pendorong prestasi. Meskipun tidak diwajibkan menguasai permainan sepak bola, kepala sekolah dapat menerapkan prinsip kepemimpinan ala sepak bola dalam mengelola sekolah. Dengan mengombinasikan keberanian, ketepatan, dan sinergi tim, kepala sekolah dapat membawa sekolah mencapai tujuan dan meraih kesuksesan, sebagaimana sebuah tim sepak bola bekerja sama demi kemenangan.

Anda Perlu Login Untuk Menulis Komen