Dulu, pernah terlintas keinginan untuk berkuliah di luar negeri. Rasanya asyik juga menuntut ilmu di negara orang, selain menambah pengetahuan dan wawasan, juga memperluas relasi. Namun, setelah lulus S1 Akuntansi di ULM Banjarmasin, keinginan itu perlahan terkubur. Kesibukan pekerjaan dan keluarga semakin menghalangi.
Pada tahun 2020, saat acara Isra Mi’raj di mushola kampung, keinginan itu terbangkitkan kembali. Seorang kenalan bertanya, “Pak Iwan sudah S3?” Mendengar jawaban bahwa saya belum, beliau menawarkan bantuan untuk melanjutkan studi. Waktu itu, saya tidak langsung mengiyakan. Setahun kemudian, pada 2021, keinginan untuk melanjutkan studi kembali muncul. Termotivasi oleh rekan-rekan yang melanjutkan studi, saya menanyakan kembali pada beliau, “Pak, tawaran S3 kemarin masih berlaku?”
Alhamdulillah, keinginanku terwujud. Aku sempat bertanya mengapa beliau berkenan membantu padahal aku bukan sanak saudara, hanya tetangga, dan aku tidak bisa memberi manfaat apa pun kepadanya. Jawaban beliau sangat memotivasiku. “Saya melihat Pak Iwan sebagai sosok pekerja keras, cerdas, dan jujur. Kita sering berdiskusi, dan saya melihat tekad yang sangat kuat dari Pak Iwan untuk mencerdaskan generasi dan memajukan negara,” ujarnya. “Saya ingin sekali melihat Bapak, warga asli Sungai Miai, bergelar Doktor,” tambahnya.
Tekad untuk melanjutkan studi S3 semakin kuat dengan dukungan beliau. Aku pun segera menyusun proposal disertasi dan memenuhi persyaratan lainnya untuk mendaftar ke perguruan tinggi. Alhamdulillah, aku diterima di Program Doctor of Philosophy, Universitas Pendidikan Sultan Idris Malaysia, Universitas yang berlokasi di Tanjung Malim, Perak Darul Ridzuan ini memiliki dua kampus. Yakni Kampus Sultan Abdul Jalil Shah (KSAJS), dan Kampus Sultan Azlan Shah (KSAS). Untuk tempat tinggal, aku kos di flat tidak jauh dari universitas. 15 menit naik bis kampus.
Seru rasanya kuliah di negeri yang memiliki timnas sepak bola berjuluk Harimau Malaya ini. Aku sempat berkhayal, andai bisa kuliah di sini 20 tahun yang lalu, pasti pengalamannya akan lebih seru lagi. Apalagi, aku memang memiliki hobi belajar.
Di Tanjong Malim, selama rentang waktu 2021–2023, aku berkenalan dengan banyak pelajar dari berbagai daerah di Indonesia maupun mahasiswa asal Malaysia. Di antaranya adalah Bang Alfian, Wajedi, Indra, dan Rizal, yang merupakan teman sekamarku. Ada juga mahasiswa asal NTB seperti Bang Yasin, Ciptro, Ahmad Yudi, dan Zulkifli. Mahasiswa asal negeri serumpun juga tidak sedikit, misalnya Bang Alif, Syameer, Mark serta beberapa lainnya yang namanya tidak kuingat. Dan tentu saja, ada Cik Anis dan Cik Rohani, pemilik warung makan Cik Anis yang menjadi tempat langgananku. Semua kenalan tersebut sangat baik, ramah, dan ringan tangan.
Alhamdulillah, tiga tahun berlalu, dan studi di UPSI selesai. Ujian VIVA dilaksanakan pada 16 Oktober 2024, dan hasilnya sangat melegakan hati. Akhirnya, aku bisa fokus pada karya lain tanpa lagi harus mengerjakan tesis. Aku sangat bersyukur karena kedua pembimbing saya (SV) sangat membantu proses penyelesaian riset hingga berjalan lancar dan cepat. Dr. Rosnah, pembimbing utama saya, adalah dosen yang cerdas dan selalu to the point dalam menyampaikan sesuatu. Beliau sangat sabar memberikan arahan, baik dalam pengerjaan maupun pelaporan riset. Beliau juga sangat cepat merespons pertanyaan-pertanyaan yang kukirimkan melalui WhatsApp dan tak segan memberikan referensi yang kubutuhkan. Kadangkala, aku merasa sungkan karena beliau justru lebih aktif memberikan arahan dan revisi agar tesis saya benar secara konten dan sesuai dengan panduan penulisan.
PM Dr. Mahaliza, my co-supervisor, juga tak kalah hebat. Beliau sosok yang cerdas, ramah, murah senyum, dan sangat sabar. Bagiku, kedua pembimbing ini luar biasa—humanis dalam berinteraksi dan sangat profesional dalam menjalankan tugas. Setiap kali aku berkesempatan kembali ke Malaysia, aku selalu menyempatkan diri untuk berjumpa dengan mereka. Aku berdoa semoga kedua supervisorku selalu diberikan kesehatan, kesuksesan, kebahagiaan, dan keselamatan oleh Allah SWT. Pengorbanan waktu, tenaga, dan pemikiran yang mereka berikan semoga menjadi amal jariah. Aamiin ya Rabbal Alamin.
InsyaAllah, setelah urusan paspor selesai, aku segera terbang ke Bandara Juanda, Surabaya, untuk melanjutkan perjalanan ke Tulungagung menemui ibuku, Mama tercinta.